IPSA: Membangun Desa Membangun Bangsa

Satu slogan yang menarik saya dapatkan untuk motto perjuangan IPSA (Institut Pengembangan Sumber Daya Alam) yang langsung menjadi visi-misinya, yaitu: “Membangun desa membangun bangsa.  Dari slogan itulah saya mulai memikirkan bagaimana cara membangun desa secara umum, berdasarkan pengalaman saya di desa saya sendiri, Desa Bengkel.

Banyak cara dan juga ide-ide untuk membangun desa secara teori maupun praktik telah berhasil dikembangkan untuk membangun desa, misalnya: melalui perubahan pemimpin (kepala desa) yang tepat sesuai pilihan masyarakatnya, meningkatkan pendidikan masyarakat, mengembangkan potensi ekonomi desa, menjaga kelestarian alam, melakukan investasi pembangunan di desa, meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membangun desa, dll.

IPSA dimulai dari menentukan lokasi dimana melakukan aktivitasnya sehari-hari, yaitu untuk memberikan pendidikan dan pelatihan Teknologi EM kepada masyarakat dan petani.  Pilihan lokasi jatuh di Desa Bengkel, merupakan hamparan kebun yang dimliki oleh orang tua saya (Bapak Ketut Sudana), dengan seijin beliau, lahan tersebut diberikan untuk digunakan sesuai tujuan IPSA.  Selanjutnya, hamparan kebun seluas lima hektar tersebut disulap menjadi kebun tanaman obat dan mendirikan beberapa bangunan untuk peternakan, penginapan sederhana, wantilan/ pendopo untuk pelatihan, dapur dan kamar mandi umum.  Dari sanalah IPSA memulai aktivitasnya, dari bangunan-bangunan sederhana, bangunan kayu beratap seng, yang dikelilingi oleh tanaman bunga, tanaman hias, cengkeh, kopi, pisang dan tanaman obat.  Suasana asri dan sederhana yang mencirikan kondisi lingkungan desa yang sejuk dan damai membuat  peserta pelatihan sangat senang mengikuti pelatihan dan sangat menikmati suasana desa yang indah dan asri, yang tidak didapatkan selama mereka hidup di kota.  Program pelatihan juga digabungkan dengan wisata alam: pantai, gunung, sawah, pemandian air hangat, yang sangat menarik, sebagai bonus pelatihan di hari terakhir.

Pelatihan Teknologi EM telah berlangsung sejak 1997, yang dilakukan setiap bulan sekali untuk peserta yang menginap selama 4 hari 3 malam, serta dilakukan juga pelatihan sehari berupa kunjungan lapangan, teori dan praktik.  Selama pandemi Covid 19, pelatihan dilakukan secara daring, dan kunjungan lapangan dari mahasiswa fakultas pertanian, biologi dan farmasi tetap diterima.

Tinggalkan Balasan