Ide memproduksi pupuk organik dalam skala besar dimulai saat terjadi kelangkaan pupuk di jaman krisis moneter pada tahun 1998, dan permintaan petani akan pupuk organik yang meningkat. Selanjutnya pada tahun 2000 saya mulai membuat pupuk organik dengan nama Bokashi Kotaku, dari sampah kota Denpasar dengan alat dan fasilitas seadanya.
Setelah lima tahun bergelut dengan sampah kota di TPA Suwung, karena ijin menggunakan lahan TPA seluas satu hektar tidak diperpanjang, maka pembuatan pupuk Bokashi Kotaku dilanjutkan di daerah persawahan di Denpasar dengan menyewa tanah selama sepuluh tahun. Bahan baku pupuk organik dibeli dari peternak. Setelah masa sewa berakhir, selanjutnya produksi pupuk organik dipindahkan ke Tabanan, di tempat yang lebih permanen, sejak 2015, dengan pertimbangan lokasi produksi dekat dengan bahan baku kotoran ternak. Pemasaran pupuk organik pada
sepuluh tahun pertama sangat lambat, karena pengetahuan petani yang minim akan pentingnya pemupukan organik, dengan penyuluhan, informasi, serta pembuatan kebun percontohan yang terus dilakukan, maka petani mulai memahami pentingnya pupuk organik untuk memelihara kesuburan tanah. Sekarang, penggunaan pupuk Bokashi Kotaku sangat diketahui manfaatnya, sehingga setiap musim pemupukan, di awal musim hujan petani cengkeh selalu menggunakannya. Petani sayur di Baturiti, setiap musim tanam selalu dilaskukan pemupukan Bokashi Kotaku. Penggunaan Bokashi Kotaku juga dilakukan untuk pertamanan di hotel, villa dan penghobi tanaman.
Di masa pandemi terjadi peningkatan permintaan pupuk Bokashi Kotaku untuk penghobi tanaman hias, buah dan sayur di dalam pot. Produksi tanah subur Pak Oles dilakukan untuk memenuhi permintaan tanah subur untuk penghobi tanaman dalam pot. Tanah subur tersebut merupakan campuran dari tanah dengan pupuk bokashi dengan perbandingan 50:50, sehingga tanah tersebut bisa langsung digunakan sebagai media tanam, khususnya untuk masyarakat yang ada di kota, karena keterbatasan lahan dan tanah. Cara membuat pupuk Bokashi juga diajarkan kepada petani dengan menggunakan bahan baku pupuk organik (kotoran hewan, pupuk hijau) yang difermentasi dengan Teknologi EM. Di tingkat rumah tangga, bahan organik dari limbah dapur juga bisa digunakan untuk pupuk bokashi untuk kebutuhan pupuk organik sendiri.