Satyawacana, Tepat janji dan Barang Bangke

Satyawacana berarti setia/ sesuai dengan wacananya, dengan janji, dengan apa yang diucapkan.  Janji diucapkan melalu kata,kemudian ditulis di dalam surat perjanjian dan juga dicatat di dalam hati untuk saling menepati.  Kebiasaan/ komitmen untuk menepati janji adalah modal yang bisa diandalkan untuk bisa dipercaya oleh orang/ organisasi untuk melanjutkan / membina hubungan bisnis atau kerjasama dalam hubungan hosial.  Dengan modal tepat janji orang/ organisasi akan bisa mendapatkan rekomendasi atau diusulkan untk bisa bekerjasama dengan pihak lain.  Sebaliknya orang atau individu yang tidak tepat janji akan ditinggalkan atau dikucilkan, dan tidak/ sedikit orang yang mau bekerjasama lagi.

Janji dalam bisnis bisa berarti melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik, tepat waktu, bertanggung-jawab, memberikan hasil/ kesepakatan kerja sesuai dengan yang dijanjikan.  Janji yang paling mudah diingat dalam bisnis dan hubungan sosial adalah janji untuk membayar hutang/ kewajiban pembayaran yang harus dilakukan.  Ketidak-tepatan janji akan pembayaran hutang bisa dilakukan oleh perorangan atau organisasi.  Jika hal tersebut dilakukan berkali-kali, maka orang/ organisasi tersebut dimasukkan ke dalam daftar hitam atau black list oleh bank, tidak dipercaya lagi dan tidak direkomendasikan untuk bekerjasama dengan dan oleh orang/ organisasi lain, bahkan dia bisa berurusan dengan hukum.

Di Bali ada istilah yang sangat tepat untuk nama kehormatan yang diberikan oleh orang yang sering tidak menepati janji dengan gelar “barang bangke.”  Barang bangke artinya orang yang sudah mati, yang tidak lagi bermanfaat, kecuali dibuang, ditanam atau dibakar.  Barang bangke bisa juga berarti mayat yang berbau busuk, yang harus dijauhi atau tidak ada lagi orang yang mau berdekatan atau berurusan dengannya.  Dalam syair dan gambar judi togel, barang bangke atau orang mati dikodekan dengan angka nol-tiga.  Jika ada orang yang sering menipu, tidak tepat janji, tidak membayar/ ngemplang hutang, maka orang tersebut diberi gelar barang bangke atau nol-tiga.  Gelar yang diberikan tersebut cukup terhormat untuk tidak dihormati.

Di jaman now, komunikasi di media sosial melalui internet yang serba cepat, gerak penipu, modus dan  dan catatan penipuannya diketahui secara terbuka di media sosial.  Oleh karena itu, daftar barang bangke menjadi terbuka informasinya, dan sangat cepat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga kondisi dan posisi barang bangke menjadi terdesak tidak bisa beroperasi lagi.  Dalam bisnis atau hubungan sosial, nama baik adalah modal utama, yaitu nama yang bisa dipercaya, karena tepat janji.  Sebaliknya nama buruk, atau gelar barang bangke adalah modal kuat untuk tidak dipercaya.

Tinggalkan Balasan