You are currently viewing Industri Jamu Menghadapi MEA 2016

Industri Jamu Menghadapi MEA 2016

INDUSTRI JAMU MENGHADAPI MEA 2016.

SIAP ATAU TIDAK SIAP, YA HARUS SIAP..!

Tahun 2016 ekonomi Asean disatukan dalam sebuah perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).  Siap atau tidak siap, apapun yang terjadi perjanjian MEA  pasti jalan.  Pada saat itu tiada lagi proteksi atau pembatasan perdagangan barang dan jasa antar Negara ASEAN.  Tentu saja perdagangan barang dan jasa tersebut harus berkualitas, memenuhi kualitas standar produksi, kualitas keamanan manusia dan lingkungan, produk dan jasanya harus bersertifikat sesuai sesuai dengan sertifikasi yang dibutuhkan, dan tentu saja harga dan pelayanan harus bersaing.

Dalam setiap seminar dan pertemuan,  dalam setiap pembukaan acara  dalam kementerian industri dan perdagangan, setiap pejabat selalu mengatakan siap menghadapi MEA 2016, industri ini siap, industri itu siap.  Dan bagaimana dengan industri jamu?  “Tentu sangat siap,” ujar pejabat  yang disiarkan dan ditulis melalui media.  Terus terang, hati saya kecut mendengarnya.  “Apanya yang siap?” kata saya  bersungut.  Bagaimana mau bilang siap, jika persiapannya setengah matang?  Bagaimana kalau pengusahanya tidak siap, sementara pejabatnya bilang siap?  Disinilah perbedaan pejabat dengan pengusaha.  Setelah pejabat mengatakan siap dia bisa tertawa sambil ngopi, dan tahun depan bisa naik gaji.  Sedangkan setelah pengusaha bilang siap dia harus berpikir dan bekerja agar benar-benar siap, kalau tidak, maka hanya kerugianlah yang didapat.

Sudah saya katakan dari awal tulisan ini, dalam menghadapi MEA 2016, khususnya industri jamu, siap atau tidak siap masyarakat industrinya, dia harus siap.  Saya teringat sewaktu saya menjadi murid di sekolah dasar di saat ulangan, karena waktunya sudah habis, selesai atau tidak selesai, bisa atau tidak bisa menjawab soal ulangan, maka kertas jawaban harus dikumpulkan sekarang.  Murid yang merasa bisa menjawab  benar akan mengumpulkan lembaran jawabannya dengan wajah gembira, sedangkan murid yang kurang bisa menjawab soal ujian mengumpulkan lembar jawabannya dengan wajah pucat dan loyo.  Sehubungan dengan kasus menjawab soal ujian, industri jamu Indonesia hampir sama dengan murid yang keluar dengan wajah pucat dan loyo itu.

Kenapa demikian?  Karena masalah sertifikasi, standarisasi, prosedur pembuatan jamu hanya baru sedikit yang bisa memenuhi taraf internasional, sesuai dengan standar keamanan makanan dan obat internasional.  Secara umum untuk memenuhi permintaan standar tersebut, masyarakat industri jamu belum siap, walaupun ada industri jamu yang besar bisa memenuhinya.  Saya menanyakan penyebab ketida- siapan pengusaha kecil jamu tersebut.  Mereka tidak siap karena  kurang modal untuk bisa menggaji apoteker, membuat pabrik yang berstandar manajemen pabrik yang baik, membeli mesin, dan tidak bisa mengikuti peraturan/ hukum yang berlaku dalam kementerian industri dan perdagangan, kementerian kesehatan, kementerian dalam negeri, kementerian keuangan, dan banyak pengusaha kecil yang belum bisa melengkapi syarat perbankan untuk bisa meminjam kredit bank.  Dari gambaran ini saja sudah bisa disimpulkan bahwa secara umum industri jamu Indonesia belum siap menghadapi MEA 2016.  Kalau mengikuti peraturan hukum dalam negeri saja belum lancar, bagaimana bisa lancar mengikuti peraturan hukum luar negeri?

Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam untuk memproduksi jamu, membuat industri jamu yang bertaraf internasional, dan dengan jumlah penduduk 250 juta orang yang siap mengkonsumsi jamu karena warisan budaya minum jamu,  merupakan negara yang harus siap menghadapi MEA dalam industri jamu.  Potensi tersebut memang benar bisa mendukung berkembangnya industri jamu, tetapi ada juga k-faktor lain yang tidak mendukung berkembangnya industri tersebut.  Dengan kekayaan alam yang berlimpah untuk menghasilkan bahan baku jamu, apakah kekayaan alam tersebut sudah dimanfaatkan maksimal untuk mendukung berkembangnya industri jamu ?  Apakah sudah banyak kebun-kebun tanaman obat yang dikembangkan dalam skala industri, dalam skala kebun yang luas yang bisa memasok kebutuhan pabrik jamu?  Apakah petani atau pengusaha pertanian kita sudah banyak mengekspor bahan baku jamu ke manca Negara, dan kalau bahan baku jamu diekspor, apakah tidak mematikan pertumbuhan industry jamu kecil?  Apakah jenis-jenis tanaman  obat yang langka, yang mahal, yang sangat dibutuhkan oleh pasar dunia sudah kita kembangkan, sudah kita budidayakan dalam skala industri?  Apakah industri jamu besar sudah mencukupi bahan baku dan tidak kekurangan bahan baku.  Pertanyaan ini harus dijawab dengan data, bukan dengan dua kata sudah atau belum.  Kalau salah satu pertanyaan di atas belum bisa dijawab “sudah”  dengan data yang akurat, artinya industri jamu belum siap menghadapi MEA 2016 dari segi kesiapan produksi.   Pertanyaan lain yang harus bisa dijawab siap adalah tentang ketersediaan infrastruktur industri jamu, seperti pabrik, teknologi, perdagangan, distribusi, keuangan, jaringan rekan kerja.  Informasi, penelitian dan pengembangan, pengemasan, sistim pemasaran dan komitmen pemerintah yang kuat dan kontinyu untuk mendukung berkembangnya industri jamu sangat dibutuhkan.  Kalau hal itu tidak bisa dipenuhi, maka bersiap-siaplah, industri jamu di Indonesia secara perlahan-lahan akan kalah saing dalam ganasnya perang dagang internasional yang bernama MEA ini.

Terus terang, saya tidak mau berpanjang kata atau bersilat lidah dalam menanggapi kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA  2016 khususnya dalam industri jamu.  Seperti sudah saya jelaskan sebelumnya, siap atau tidak siap menghadapi MEA 2016, maka haruslah siap.  Untuk itu, segala hal yang harus dipenuhi untuk kesiapan MEA tersebut haruslah dipenuhi, secara administratif, secara fisik, secara hukum, secara keamanan pangan, secara lingkungan dan secara finansial.  Sebagai pengusaha jamu,  saya selalu memotivasi diri saya sendiri dan juga sesama profesi dengan dua kalimat yang kontradiktif agar tetap eksis dan semangat: “Boleh pesimis, tapi kita harus tetap optimis.  Boleh optimis, tetapi kita jangan terlalu optimis.”.  Artinya,  untuk berhasil dalam kerja, haruslah kerja keras dan pintar, bukan dengan omong keras dan pintar, bukan dengan banyak slogan dan banyak alasan.  Selamat datang MEA 2016.  Siap atau tidak siap,  masyarakat industri jamu harus siap.  Memang sering kali kesiapan itu muncul karena kepepet.   Selamat bekerja….!

Tinggalkan Balasan