Flavonoid Sebagai Obat Kemopreventif

Kemopreventif artinya upaya mencegah, menunda, atau melawan perkembangan sel kanker dengan menggunakan bahan alam, sintesis atau keduanya.  Flavonoid adalah senyawa yang berasal dari tanaman pada bagian akar, batang, buah, kayu, daun, bunganya.  Flavonoid bermanfaat bagi tanaman untuk melawan serangan hama/ penyakit tanaman, menarik serangga penyerbuk. melindungi struktur sel tanaman, membantu pembentukan bintil akar, mewarnai bunga dan daun, dll .   Pengobatan dengan bahan herbal/ jamu telah banyak dilakukan di Indonesia, India, Cina, Mesir, dll.  Bahan herbal dan juga berbagai jenis sayur-sayuran sangat banyak mengandung flavonoid.  Flavonoid sangat ampuh digunakan untuk menyembuhkan diare, malaria, antiinflamasi (anti peradangan) dan memberikan perlindungan terhadap penyakit kronis seperti diabetes, jantung dan kanker.

Hollie Swanson phD, profesor dari University of Kentucky, College of Medicine merangkum hasil-hasil penelitiannya dalam buku “Flavonoids, Inflamation and Cancer,” (Kekuatan Flavonoid untuk Peradangan dan Kanker), yang menjelaskan bahwa flavonoid memiliki sifat menangkal peradangan dan kanker, karena antioksidan yang dimilikinya (hal. 5).  Konsumsi flavonoid manusia bervariasi tergantung pada lokal, global, umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, dan kebutuhan makanan.  Secara rata-rata jumlah asupan harian flavonoid di dalam makanan oleh masyarakat global adalah 180-200mg.  Teh, buah-buahan, sayur-sayuran, bunga (untuk sayur dan teh), umbi-umbian berwarna dan tanaman herbal sangat banyak mengandung flavonoid.  Penelitian pada kandungan sayuran (brokoli, kubis dan bunga kol) dapat menekan kanker kolorektal (usus), ginjal, kandung kemih, paru-paru dan prostat dengan menggunakan hewan pengidap kanker sebagai bahan percobaan.  Kandungan kimia  isothiocyanate dalam sayuran brokoli terbukti menekan aktivitas metabolisme kanker  (hal.11).  Kandungan kimia lainnya dalam brokoli yang mengandung antioksidan adalah Vitamin C (asam askorbat), fenol, flavonoid, xanthophyl, karotenoid, tocoferol, lemak jenuh tak ganda dan klorofil.

Flavonoid yang ditemukan dalam brokoli adalah quercetin, kaempferol, dan isorhamnetin.  Kandungan flavonoid dalam brokoli ditemukan lebih banyak di dalam daunnya daripada di bunganya, yaitu berkisar antara 200-800 mg CE/ 100 g berat kering.  Penelitian terus dilanjutkan dengan melihat potensi brokoli sebagai makanan sehat.  Mengkonsumsi flavonoid dari brokoli secara berlebihan, dengan meminum jus kecambah brokoli, atau suplemen berbasis brokoli ternyata tidak bagus untuk kesehatan,  memberikan efek samping muntah ringan dan gangguan pencernaan.  Studi klinis difokuskan untuk menentukan bagaimana ekstrak kecambah brokoli terhadap perkembangan kanker payudara, kanker pankreas stadium lanjut dan kanker paru-paru (hal.14).

Flavonoid sebagai bahan obat alam yang sangat banyak dikandung oleh tanaman sayur, bunga, herbal memiliki peluang untuk digunakan sebagai bahan obat karena sifat antioksidannya, sebagai zat kemoprefentif, untuk menghambat peradangan dan kanker.

Tinggalkan Balasan