Supir bis harus pintar memilih penumpangnya yang diijinkan berangkat bersama di dalam bis. Kebanyakan supir bis asal memasukkan penumpang, atau memilih penumpang dengan kriteria lemah berdasarkan suka dan tidak suka, atau dia kasihan menurunkan penumpangnya di tengah jalan, walau penumpang tersebut sering membuat kegaduhan di dalam bis. Supir bis yang bernama Danny itu memberikan karcis bis yang kelima kepada George, bertuliskan: “Jangan memboroskan energimu dengan mereka yang tidak bersedia berada di dalam bismu.” George tersentak membaca tulisan tersebut, seolah menyindir dirinya yang waktunya selalu dihabiskan untuk mengurus orang-orang yang tidak bersedia atau setengah hati bekerja di dalam organisasinya/ perusahaannya.
Orang yang masuk ke dalam bis sangat beragam, mereka memiliki berbagai tujuan di dalam hatinya. Supir bis harus bisa membedakan mana penumpang yang baik dan mana penumpang yang buruk. Penumpang baik di dalam bis bertindak sopan, disiplin, menghargai penumpang lain dan menghargai supir bisnya. Penumpang buruk di dalam bis bertindak tidak sopan, melanggar aturan, seenaknya sendiri, egois, sering membuat gaduh. Penumpang baik di dalam organisasi akan mengikuti aturan dan budaya kerja yang telah ditanamkan, memiliki target dan prestasi yang jelas dan terukur. Sebaliknya penumpang buruk di dalam organisasi sering melanggar aturan organisasi, malas, berkinerja buruk, mementingkan diri sendiri, dan sering membuat masalah. Kebanyakan supir bis ragu mengeluarkan penumpang bis buruk di tengah jalan. Kebanyakan pemimpin organisasi membiarkan pekerja berkinerja buruk dalam beberapa waktu dengan harapan akan terjadi perbaikan. Supir bis akan terpecah konsentrasinya karena ulah penumpang buruk yang sering bertingkah di dalam bis dan sangat mengganggu kenyamanan penumpang lainnya. Nasihat kepemimpinan supir bis yang mengatakan: “keluarkan segera penumpang buruk, jangan boroskan energimu dengan penumpang buruk,” sangat mengena.
George turun dari bisnya di tempat pemberhentian bis. Dia bergegas berjalan dengan kemantapan hati menuju kantornya sambil pikirannya mendata beberapa penumpang buruk yang berkinerja rendah dan tidak disiplin di dalam perusahaannya. Dengan ketetapan hati George segera menurunkan penumpang buruk tersebut, karena telah terlalu banyak memboroskan energi pemikiran dan biaya bahan bakar, serta biaya kerusakan lainnya akibat ulahnya di dalam bis. Mereka adalah penumpang bonek, bondo nekat yang suka berulah dan tidak bermodal.