Jon Gordon menulis satu buku best seller,”The Energy Bus, Sepuluh Peraturan yang Membakar Kehidupan, Pekerjaan dan Tim Anda dengan Energi Positif.” Bukunya bercerita tentang seorang karyawan pemasaran di sebuah perusahaan terkemuka bernama George, yang hidupnya nyaris berantakan karena kelebihan beban kerja, kurang bisa mengatur waktu kerja kantor dan rumah, terlalu banyak tagihan pengeluaran daripada pemasukan, hidupnya penuh tekanan dan ketegangan dalam bekerja dan menjalani hari. Dia menyalahkan siapapun yang tidak bisa mendukung dirinya. Pekerjaannya menjadi terasa bertambah berat di setiap hari senen, karena tugas-tugas kantor yang menumpuk dan harus diselesaikan, urusan anak, istri, dan tugas rumah tangga lainnya yang berbarengan ikut sibuk di hari senen, serta George tidak bisa menikmati, menjalani hari libur sabtu dan minggu sebagai hari istirahat, karena pikirannya terus sibuk bekerja di hari libur, dan di saat hari kerja pikirannya sibuk berlibur di hari kerja.
Karena mobilnya kempes di hari senen yang sibuk itu, ban serepnya juga sudah lama kempes dan lupa dipompa, serta tidak ada orang yang bisa menolong dirinya kecuali dirinya sendiri. Istrinya yang sibuk mengurus urusan anak dan rumah tangga, tidak bisa membantu banyak, kecuali dengan sebuah nasihat: “Kamu naik bis saja ke kantor.” Walau sudah beberapa tahun George tidak pernah naik bis, maka dengan terpaksa George setiap hari naik bis selama dua minggu, karena mobilnya bukan saja kempes, tapi juga harus diservis remnya dan harus menunggu pengiriman suku cadang dari dealer mobil. Sambil ngedumel George setiap pagi berlari mengejar bis di halte agar tidak ketinggalan. Dari kesialan harinya itu, George mendapatkan kesempatan untuk berguru kepemimpinan dari supir bis yang selalu ceria menjalani hari dan kerjanya, walau pada awalnya George selalu menggerutu dan menyalahkan orang lain dan keadaan atas segala ketidak-nyamanannya menjalani hari dan bekerja. Supir bis memberikan nasihat kepemimpinan untuk mengatur diri sendiri, organisasi dan keluarga agar berhasil, agar tidak berantakan seperti dirinya sekarang. Nasihat itu ditulis di dalam setiap lembar tiket bis setiap hari, serta nasihat tersebut didiskusikan bersama penumpang bis. George bersyukur bisa mendapatkan nasihat kepemimpinan dari supir bis yang selalu berwajah ceria dan berenergi, sehingga dia bisa memperbaiki diri dalam bekerja dan berkeluarga.
“Kamulah yang mengemudikan bismu,” adalah nasihat pertama yang menyadarkan George untuk bisa mengatur dirinya sendiri, menjalankan tugas dan tanggung-jawabnya dengan baik. Setiap orang adalah ibarat supir bis, yang harus bertanggung jawab terhadap bis dan penumpangnya sendiri. Setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, yang harus tahu kemana tujuannya, mampu memotivasi dirinya bekerja, bagaimana caranya dan dengan siapa bekerja. Pemimpin harus bisa memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting. Pemimpin harus bisa mengatur dirinya, timnya, dan organisasinya dengan baik untuk mencapai tujuan dengan efisien dan tepat waktu. Karena itulah pemimpin diistilahkan sebagai supir bis yang mengemudikan bisnya sendiri.