Usaha saya untuk memajukan pertanian organik di Indonesia dimulai dari pengenalan teknologi EM (Effective Microorganisms) kepada petani, yaitu dengan mengajarkannya tentang cara membuat pupuk organik fermentasi yang dikenal dengan istilah Bokashi. Petani menerima dengan baik Teknologi EM, karena sangat mudah dimengerti dan dipraktekkan, serta murah biayanya. Akan tetapi kendala yang dihadapi di lapangan dalam pembuatan pupuk bokashi secara massal adalah sedikit tersedianya bahan organik sebagai bahan baku pupuk organik, serta biaya transportasi bahan baku yang harus diangkut dari sumber bahan baku ke pabrik dan transportasi dari pabrik ke lahan pertanian. Oleh karena itu, untuk menekan biaya pembuatan pupuk organik adalah dengan mengajarkan petani lebih intensif lagi, agar mereka bisa mandiri membuat pupuk organiknya sendiri di lahannya sendiri dengan menggunakan Teknologi EM. Dan usaha tersebut disambut baik oleh petani, dengan memanfaatkan bahan organik dari limbah pertanian, peternakan (kotoran ternak), serta perikanan (lumpur kolam ikan) sebagai sumber bahan organik.
Sampah kota organik yang berasal dari limbah rumah tangga, restoran, hotel dan pasar tradisional merupakan sumber bahan organik yang ketersediaannya berlimpah. Sampah kota organik tersebut bisa dipercepat proses penguraiannya, proses fermentasinya melalui pencacahan dan fermentasi. Demikian juga sampah kota yang telah membusuk secara alami, yang terkubur oleh tanah dengan sistim sanitary landfill, atau penguburan dengan tanah secara bertingkat, bisa digali lagi dan diayak, kemudian dapat digunakan sebagai sumber bahan baku pupuk organik, dan pemanfaatannya bisa diperkaya dengan menambah bahan organik dari pupuk kandang dan difermentasi kembali dengan Teknologi EM. Ide membuat pupuk Bokashi dari sampah kota ini melahirkan pupuk Bokashi Kotaku, yang artinya Pupuk Bokashi dari kota saya. Pupuk Bokashi Kotaku dapat dibuat di mana saja, asal tersedia pupuk organik dari sampah kota. Selanjutnya Pupuk Bokashi Kotaku dapat didistribusikan ke lahan-lahan pertanian, dengan biaya produksi yang lebih rendah, karena bahan bakunya yang lebih murah dan biaya transportasi bahan baku yang berkurang.
Kekurangan ketersediaan pupuk organik untuk tanaman perkebunan di Bali, khususnya untuk kebutuhan perkebunan cengkeh dapat dipenuhi dengan pupuk Bokashi Kotaku. Permintaan Pupuk Bokashi Kotaku di awal musim hujan sebagai waktu pemupukan sudah dipersiapkan enam bulan sebelumnya. Pemupukan tersebut sangatlah penting untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah yang banyak hilang setelah bunga cengkeh dipanen. Daun-daun cengkeh yang gugur di saat panen yang bertepatan juga dengan musim kemarau membuat tanaman cengkeh terlihat loyo setelah bekerja berat dalam setahun menghasilkan bunga cengkeh. Di awal musim hujan, sebulan setelah pemupukan pupuk organik Bokashi Kotaku, tanaman terlihat segar kembali, seiring dengan tumbuhnya tunas-tunas dan daun-daun muda, dan di awal musim kemarau akan muncul tunas-tunas bunga, yang bunganya siap dipanen di musim kemarau. Demikianlah siklus berbunga tanaman cengkeh secara alami dari awal musim hujan sebagai waktunya untuk memupuk sampai dengan musim kemarau sebagai waktunya panen.
Jika diibaratkan tanaman cengkeh adalah mesin bunga cengkeh, pupuk Bokashi Kotaku adalah bahan bahan baku produksi, air hujan atau air irigasi n adalah bahan bakar mesin, serta usaha petani untuk merawat cengkehnya ibarat kegigihan dan pengalamannya merawat dan menjalankan mesin, maka dapat dipastikan, setiap tahun petani cengkeh bisa menghasilkan bunga cengkeh yang berlimpah. Ditambah lagi, dalam setiap siklus panen raya, setiap empat tahun, tanaman cengkeh akan berbunga secara maksimal. Melalui tanaman cengkeh dan Pupuk Bokashi Kotaku Tuhan berkarya untuk menyejahterakan kehidupan petani cengkeh. Selamat bekerja, semoga sukses…..!