Ada satu istilah atau kata yang sering kali diucapkan dalam kehidupan sehari-hari : “Mottainai,” artinya mubazir, tidak efisien, rugi kalau dibuang atau dilewatkan percuma. Hidup efisien adalah gaya hidup orang jepang, yang bisa dilihat dari cara hidupnya, tidak suka menghambur-hamburkan sumber daya/ energi, misalnya membiarkan air mengalir terbuang-buang tidak dimanfaatkan dengan baik, lampu listrik yang menyala terus di dalam ruangan sementara penghuninya tidak di dalam ruangan; pemborosan uang atau biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan ternyata juga harus keluar.
Pemborosan tersebut membuat seseorang atau organisasi menderita kerugian; membiarkan kesempatan bagus yang terlewat sia-sia karena seseorang takut, ragu, teledor atau malas mengambil kesempatan tersebut; maka kata mottainai akan terluncur dari bibir orang Jepang sambil geleng-geleng kepala dengan bibir berdecak. Mereka merasakan ada suatu hal yang dibuang percuma, dilewatkan, menjadi mubazir dan tidak berguna. Contoh yang lain dari kebiasaan efisien orang Jepang adalah dalam hal memanfaatkan baju kimono yang bagus dan sudah digunakan sangat lama, kemudian robek, selanjutnya baju tersebut ditambal dan bisa dipakai lagi, setelah robeknya banyak, maka kimono tersebut dipotong dan digunakan untuk lap, setelah lapnya tidak bisa digunakan lagi, lap tersebut dibakar untuk bahan bakar memasak di dapur, abunya digunakan untuk mencuci piring, atau ditebarkan di dalam tanah pot atau pekarangan untuk pupuk. Dalam budaya Jepang, hidup boros, berfoya-foya, mubazir, tidak berguna, harus dihindari, dan mereka merasa menyesal atau malu bila melakukan gaya hidup boros.
Hidup adalah rangkaian kesempatan-kesempatan dan peluang-peluang untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik, untuk meningkatkan taraf hidup menjadi lebih berkualitas. Kesempatan-kesempatan yang dijumpai harus digunakan sebaik-baiknya, karena kesempatan emas, atau kesempatan baik tidak datang dua kali. Orang yang hidupnya hemat (efisien dalam menggunakan sumber daya), pastilah akan menghasilkan kelimpahan/ kemakmuran. Orang yang hidupnya boros akan berakhir dalam kemiskinan. Demikian juga orang yang rajin dalam bekerja, rajin memanfaatkan peluang/ kesempatan bagus akan berakhir dalam keberhasilan, kesuksesan.
Seringkali saya melihat orang yang menyesali hidupnya di masa tua, karena di masa mudanya dia hidup boros, menggunakan uang untuk hal-hal yang tidak berguna, suka membuang waktu, membuang kesempatan. Dia merasakan hidupnya tidak berguna, karena kesempatan bagus tidak lagi menghampirinya, kesempatan-kesempatan emas yang dilaluinya terlewat begitu saja. Untuk merenungkan hal ini hanya ada satu kata yang tepat: “mottainai,” rugi, mubazir, terbuang percuma, kasihan, karena kesempatan tidak akan datang lagi. Cukuplah kita bisa belajar satu kata dalam bahasa dan budaya Jepang tentang makna mottainai, sebagai modal untuk melanjutkan hidup agar berhasil dan menjadi bermakna, bahwa hanya dengan hidup hemat, efektif, efisien, kerja keras, rajin, pintar, berani mengambil kesempatan, dan bertanggung jawablah yang bisa menjadi dasar untuk meraih keberhasilan, bukan dengan hidup boros, membuang waktu, menunggu kesempatan, takut akan tanggung jawab dan takut bekerja keras. Seperti nasihat Budha, bahwa lebih baik belajar dan mengerti satu kata tentang ajaran dan menerapkannya dengan baik, dari pada mengerti dan belajar banyak buku tapi tidak menerapkannya.