Ngunda Bayu Dalam Manajemen dan Kepemimpinan Modern

Prof. I Wayan Dibia menulis tentang teknik mengolah tenaga dalam seni pertunjukan dalam bukunya; “Ngunda Bayu,” yang artinya mengatur tenaga.  Ngunda berarti teknik memindahkan barang banyak (misalnya kerikil, pasir, dll) dari satu tempat ke tempat lain dengan melibatkan banyak orang (gotong-royong), dimana posisi orangnya yang bekerja tidak bergerak, melainkan berdiri di satu tempat masing-masing, dan barang yang dipindahkan dioper dari satu orang ke orang lain yang berdiri tersebut.  Teknik ngunda tersebut bisa memindahkan barang berat dan banyak yang dilakukan oleh orang sambil berdiri dan juga bisa bernyanyi.

Dalam seni pertunjukan (wayang, tari, drama, tabuh, arja, dsb) pemain menggunakan banyak energi yang harus diatur sedemikian rupa, agar jangan sampai pemain kehabisan tenaga, cedera, atau lemas sebelum permainan selesai.  Dalam teknik ngunda bayu ada dijelaskan: mesuang bayu (mengeluarkan tenaga), nyangke bayu (mengeluarkan tenaga sedikit tapi tidak keras), ngulihang bayu (mengembalikan tenaga).  Bayu berarti tenaga/ energi yang berhubungan dengan nafas yang harus diatur, kapan tenaga itu dikeluarkan maksimal, medium, sedikit, istirahat sebentar, sehingga bayu yang dipergunakan bisa optimal sesuai peruntukan, kapasitas dan waktu yang tepat.

Ngunda bayu dalam majemen dan kepemimpinan modern saya hubungkan sebagai teknik mengatur waktu (time management), mengatur sumberdaya (asset management), mengatur uang (financial management).  Seorang pemimpin hendaknya mengetahui kapan seharusnya mengeluarkan energinya secara maksimal, medium, sedang dan beristirahat.  Pemimpin harus bisa juga mengatur sumberdayanya dan keuangannya dengan baik dan tepat waktu , agar energinya tidak habis saat diperlukan.  Di lain pihak, pemimpin juga harus bisa relaksasi (mengembalikan tenaga/ ngulihang bayu) dengan teknik-teknik relaksasi sesuai pengalamannya yang memberikan manfaat bagi penyediaan, penggunaan dan pemulihan energi dan sumberdaya yang dimilikinya.

Ngunda bayu adalah seni kearifan tradisional untuk mengatur dan mengolah tenaga untuk pentas seni pertunjukan.  Pemimpin juga harus pintar mengatur waktu, tenaga dan energinya untuk melangsungkan tugas-tugas kepemimpinannya dengan teknik mengatur/ mengelola diri dan organisasi yang disebut manajemen, sehingga tujuan diri dan organisasi tercapai dengan baik tanpa kehabisan tenaga, selalu fresh, gembira dan bahagia.

Tinggalkan Balasan