Bisnis yang banyak tutup selama pandemi Covid 19 dicirikan dengan banyaknya ruko atau perkantoran yang kosong, dijual atau dilepas-kontrak, membuat hati pekerja dan pebisnis menjadi sepi. Pemutusan hubungan kerja terjadi seiirng dengan meruginya usaha. Menjamurnya pedagang kagetan di pinggir jalan dengan menggunakan mobilnya untuk menjual aneka makanan seperti sayur, telor, beras, minyak, tisu, dll, dengan harapan orang yang melintas di jalan mau membeli dagangannya. Tempat pariwisata, hotel dan restoran yang mulai dibuka setengah terlihat lebih menghidupkan ekonomi, tapi daya beli masyarakat masih rendah, sehingga pertumbuhan ekonomi mashi rendah. Tampaknya Pandemi Covid 19 ini akan berlangsung lebih lama, entah sampai kapan.
Masyarakat mulai bergerak bekerja dengan mengikuti protokol kesehatan, demikian juga pertokoan dan mall mulai dibuka dengan syarat menggunakan aplikasi peduli lindungi. Semuanya itu bertujuan untuk mencegah penularan Covid 19, dan juga menggerakkan ekonomi. Dari mana mulai berusaha untuk menggerakkan ekonomi?
Semua pihak harus termotivasi untuk bekerja dan berkreasi. Pemerintah daerah dan pusat mulai fokus membelanjakan uangnya untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pengusaha juga mulai menginvestasikan dananya untuk menggerakkan dan menumbuhkan ekonomi. Pekerja juga harus kreatif dan produktif untuk bekerja produktif dan efisien. Pengusaha UMKM juga harus terus termotivasi bekerja. Pegawai pemerintah juga harus bekerja dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan penuh motivasi harus maju, bangkit. Mereka yang bekerja menunggu, tana motivasi akan tersingkir. Hanya satu jalan untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat Covid 19 ini adalah setiap elemen masyarakat, dari diri sendiri, keluarga, organisasi harus termotivasi, bisa bekerja dan mendapatkan kesehatannya dengan terus berusaha.