Menyambut Matahari di Tahun Baru Saka 1944

Apakah besok pagi matahari bersinar lagi?  Sementara sejak lusa hujan, angin, mendung dan kabut menyelimut hari.  Di hari Nyepi yang gelap gulita,  disinari jutaan bintang-bintang kecil, yang hanya terlihat di saat mendung sirna disapu angin, bintang  berkelap-kelip  terlihat ketika saya menengadah.  Malam gelap dengan sapuan angin berembun meningkatkan kesakralan perasaan saya menikmati gelapnya malam di tengah kebun di villa Ipsa.  Pohon-pohon cengkeh besar berumur  30 tahun, setinggi 15 meter berdiri rindang berwarna lebih pekat dari gelapnya malam.  Di belakang  pohon cengkeh ada pohon kelapa yang lebih tinggi dan hanya terlihat pelepah-pelepah daunnya saja, yang menyatu penampakannya  menyerupai gambar-gambar  wayang, seperti petruk, gareng, semar, bima, atau raksasa.  Bunyi air sungai yang jatuh-terjun menimpa batu kali, riuh-parau tak berjeda,  seperti suara hujan deras, membuat rasa diri semakin mengecil di tengah pohon-pohon besar berwarna pekat.  Kembali saya menengadah melihat awan berarak disapu angin sepoi, bintang-bintang semakin bersinar dan jelas tampak seiring gelapnya malam.

Malam ini hari nyepi, hari silent day, hari introspeksi, untuk masing-masing individu di masyarakat Bali, khusus bagi mereka yang menghayatinya, introspeksi di malam nyepi sangatlah berarti untuk menjaring inspirasi, memaknai hidup.  Ada tiga hal yang perlu dijawab dalam memaknai hari nyepi.  Pertama, kenapa nyepi itu penting?  Kedua, untuk apa melakukan nyepi?  Ketiga, apa yang dilakukan setelah nyepi?  Saya mencoba mencari jawabannya melalui introspeksi dan perenungan di tengah kebun yang gelap ini.

Di setiap akhir tahun Bali Saka diperingati dengan hari nyepi, hari tanpa gerak, tanpa aktivitas, tidak bekerja, tidak bepergian, tidak menyalakan lampu/ api, tidak menikmati hiburan, yang dikenal dengan catur brata penyepian, atau empat pantangan dalam hari nyepi.  Nyepi itu penting untuk introspeksi diri, semacam evaluasi, refresh, pendinginan spirit dan raga, selama satu hari, menjalani keheningan, sehingga energi baru tumbuh lagi.  Manusia sebagai mahluk debu di alam semesta melakukan introspeksi, berdoa, bersyukur, dan melakukan detox tubuh pikiran, sehingga energi baru untuk menjalani hari selanjutnya bisa bangkit penuh semangat.  Hidup baru, semangat baru, pandangan baru, cita-cita baru , harapan baru, bisa tumbuh setelah melakukan introspeksi diri.  Apa yang dilakukan setelah nyepi, tidak lain adalah agar kita bisa melanjutkan hari dengan bekerja lebih semangat, lebih cerdik dan energik, lebih efisien dan produktif, dengan semangat baru dan harapan baru.

Malam semakin gelap dan pekat, mendung menyelimuti langit, bintang-bintang bersembunyi di balik mendung, hujan rintik-rintik mulai turun dan menjadi semakin deras, sementara kilat menyambar di atas langit, seolah ingin menyinari gelapnya malam, seolah ingin mengabadikannya dengan sinar lampu kamera alam  yang maha besar.  Saya rebahkan badan dengan posisi yoga mayat, sava sana, di atas dipan sambil menikmati gelapnya malam yang semakin sepi.  Ternyata sepi itu indah, sepi itu hening, ada ditemukan keriuhan suara-suara alam di dalamnya, ada ketenangan di tengah kebisingan riuhnya alam pikiran yang saling bersahutan menjawab setiap pertanyaan, yang hanya bisa dinikmati di malam sepi, di hari nyepi.

Apakah esok hari matahari bersinar lagi?  Tentu dia bersinar lagi, walau dia sering kali tertutup kabut, dia selalu bersinar dengan cahayanya yang menghidupkan setiap mahluk, seolah dia adalah wakil Tuhan dengan kasihnya yang tak terhingga.

Esok hari setelah nyepi, bunyi kehidupan modern mulai berisik- gemerisik, dengan gerak langkah baru yang mulai aktif dan semakin lancar berputar.  Walau matahari belum tampak tersenyum di pagi hari, karena kabut dan awan menyelimut, tapi saya yakin dia tetap gembira dan bersemangat menyinari bumi.  Hari semakin siang, awan memutih seperti kapas berpendar  cahaya surya, perlahan selimut awan dan kabut disapu angin, langit biru dengan sedikit awan menggantung menghiasi langit.  Matahari terlihat semakin cerah menyinari bukit, ladang pertanian dan hamparan padi menghijau.  Embun-embun yang menghias daun-daun tanaman perlahan sirna, menguap bersama teriknya surya.  Haripun semakin terang, suara –suara kehidupan dari berbagai aktivitas manusia mulai melebur menutup suara-suara alam.  Saya siap memulai hidup baru bersama kebisingannya, dengan semangat dan harapan baru, setelah melalui gelapnya malam sepi di hari penghujung tahun.  Habis gelap terbitlah terang.  Semangat itulah yang membuat hidup menjadi selalu baru, selalu terang dan selalu ada harapan.  Selamat tahun baru saka 1944.  Semoga damai dan bahagia.

Tinggalkan Balasan