Konsep green school mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2000-an, yang pada saat itu disebut dengan sekolah alam. Green school diajarkan sebagai mata pelajaran ekstra di luar sekolah dengan mengajak murid ke lapangan, ke daerah pertanian, peternakan, ke lingkungan alam sekitar, sambil bermain agar murid menjadi semakin akrab dengan alam, mengenal alam dan lingkungan sekitar, sehingga di masa depan akan bisa dilahirkan generasi yang mampu mengelola alam sekitarnya dengan bijak, bisa hidup akrab dengan alam, mencintai alam sekitar, serta tidak mengeksploitasi alam hanya untuk kepentingan satu generasinya saja, sehingga kehidupan generasi selanjutnya bisa berlangsung dengan lebih baik, lebih selaras alam, lebih sehat dan juga lebih sejahtera. Green school di Bali pertama kali diperkenalkan sebagai sekolah dasar swasta yang berlokasi di Desa Sibang, Abian Semal, Badung, yang lebih banyak muridnya berasal dari anak-anak ekspatriat dengan komunikasi bahasa Inggris.
Untuk melengkapi materi pendidikan formal di tingkat TK, SD, SMP dan juga SMA, Pak Oles memberikan konsep pengenalan lingkungan, khususnya pertanian, lingkungan, tanaman obat dan teknologi EM (Effective Microorganisms) kepada murid dalam bentuk kunjungan lapangan, praktek langsung di lapangan dan penjelasan singkat tentang filosofi, manfaat lingkungan dan pertanian untuk kelangsungan hidup generasi manusia sekarang dan masa yang akan datang. Konsep green shool yang diperkenalkan Pak Oles diberi nama Pak Oles Green School, untuk lebih memudahkan pemahaman tentang green school yang sangat berhubungan dengan pertanian, lingkungan, kesehatan dengan Teknologi EM.
Cikal bakal lahirnya Pak Oles Green School adalah dari berdirinya Yayasan Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) pada tahun 1997, yang memberikan pelayanan Pendidikan dan Pelatihan Teknologi EM di Desa Bengkel, Kecamatan Busung Biu, Buleleng, Bali. Karena semakin banyaknya permintaan akan hadirnya kebun tanaman obat di Kota Denpasar seperti yang ada di IPSA, maka dibuatlah kebun tanaman obat mini yang diberi nama Bokashi Farm, yang berlokasi di Waribang, Denpasar.
Bokashi Farm merupakan kebun tanaman obat yang juga memiliki konsep pengembangan sebagai restoran, tempat outing, diskusi, pertemuan, olah raga, dan pesta pernikahan. Di dalam Bokashi Farm inilah lahir konsep Pak Oles Green School, yang program pendidikannya diberikan di dalam kelas terbuka, melakukan kunjungan dan praktek lapangan di dalam kebun. Setelah dua tahun Pak Oles Green School diperkenalkan dengan perbaikan dan penyempurnaan menejemen dan infrastrukturnya, maka pada 10 Oktober 2014, Pak Oles Green School resmi dibuka oleh Bapak Wali Kota Denpasar, I.B. Rai Dharma Wijaya Mantra, SE, Msi.
Bapak Wali Kota Denpasar sangat mendukung hadirnya Pak Oles Green School di Kota Denpasar, karena sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan anak sekolah dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Pendidikan lingkungan hidup, pertanian dan kesehatan melalui pengenalan tanaman obat yang diberikan di Pak Oles Green School akan membentuk generasi muda yang memiliki karakter cinta lingkungan, cinta pertanian, dan cinta tanaman obat sebagai warisan budaya pengobatan tradisional. Kota Denpasar sebagai salah satu kota besar di Indonesia hendaknya bisa menggalakkan partisipasi masyarakat untuk membuat kota yang asri, nyaman, indah, dengan menanam dan merawat tanaman, menjaga kebersihan lingkungan, sehingga masyarakat kota Denpasar dan masyarakat pariwisata bisa merasakan keasrian, kenyamanan dan keindahannya.
Materi pendidikan di Pak Oles Green School disesuaikan dengan tingkat pendidikan anak sekolah. Untuk tingkat TK, anak-anak diberikan pengenalan sederhana tentang pertanian dan lingkungan alam sekitar yang sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia, untuk sumber makanan, minuman dan kesehatan. Anak-anak juga diajak berkeliling kebun sambil melihat dan memetik daun atau bunga tanaman obat yang dianggap menarik. Untuk anak tingkat SD dan SMP ditambahkan dengan praktek pembuatan pupuk organik, Teknologi EM, memperbanyak tanaman, serta pengenalan tentang manfaat dan khasiat tanaman obat. Untuk anak SMA diperkenalkan tentang filosofi pertanian organik, manfaat pelestarian lingkungan dan bagaimana menjaganya dari kerusakan, gaya hidup sehat, praktek pembuatan pupuk organik cair dan padat dalam skala industri.
Bagi anak TK dan SD, berjalan-jalan mengitari jalan setapak dan pematang di antara kebun tanaman obat yang sudah dipetak-petak sesuai dengan jenisnya merupakan pengalaman yang unik dan melekat di benak anak-anak. Sambil mengamati bentuk tanaman, bentuk daun, bunga, buah, batang, anak-anak membaca nama dan khasiat tanaman obat tersebut seperti yang tertulis di dalam plang papan nama kecil yang ditancap di depan tanaman obat. Banyak dari mereka baru mengetahui khasiat tanaman obat, padahal mereka setiap hari melihatnya di alam sekitar. Banyak juga dari mereka baru mengetahui jenis tanaman yang pertama kali dilihatnya sambil mengeja nama tanaman obat dalam bahasa loKal dan latin. Mereka juga mencoba menghafal khasiat tanaman obat yang dilihatnya.
Jenis tanaman obat yang sangat menarik misalnya tanaman antawali yang rasanya sangat pahit, saking penasaran ada juga murid yang mencoba mencicipinya. Tentu saja teriakan terkejut karena rasa pahit dari tanaman antawali dan yang diikuti dengan mimik wajah mengkerut menahan pahit dan gerakan membuang ludah membuat teman-temannya tertawa terpingkal-pingkal. Seorang temannya menyodorkan segelas air mineral untuk menetralkan rasa pahit tersebut.
Daun tanaman sereh wangi memiliki aroma yang khas, mengeluarkan bau minyak atsiri, seperti bau minyak urut. Langsung saja murid yang membaui daun tanaman sereh wangi tersebut berkata:”ini daun tanaman bokashi, baunya mirip aroma minyak bokashi.” Karena aroma daun tersebut sangat menarik, beberapa anak mencoba ikut memetik dan membaui daun tanaman sereh wangi. Banyak orang di Bali mengatakan bahwa tanaman sereh wangi sebagai tanaman bokashi.
Beberapa anak berkejaran mencoba menangkap capung dan kupu-kupu yang hinggap di pucuk daun dan mahkota bunga tanaman. Karena gerakannya kurang gesit, tentu saja capung dan kupu-kupunya terbang menari-nari seolah mempermainkan dirinya. Ada anak agak gendut mencoba menolong temannya yang penasaran dipermainkan capung dan kupu-kupu. Karena gerakannya tergopoh-gopoh menangkap seperti orang menebas rumput, capung dan kupu-kupu langsung terbang menjauh, meninggalkan dirinya yang terpeleset jatuh di parit kecil. Tepuk tangan, teriakan ejekan dan penambah semangat untuk mengulangi lagi gerakan gulat membanting angin membuat dirinya menjadi bintang di hamparan kebun tanaman obat.
Di akhir acara anak-anak diajak berkumpul lagi di ruang kelas terbuka untuk mendapatkan penjelasan oleh ibu guru sebagai kesimpulan dan manfaat dari kunjungan ke Pak Oles Green School. Banyak anak-anak yang mengacungkan jarinya ingin bercita-cita menjadi petani yang sukses, dengan berkebun, beternak, memelihara ikan, atau menanam pohon di hutan. Ibu guru memuji cita-cita anak-anak didiknya yang sangat bagus tersebut. Bahkan ada anak perempuan yang berdiri dan berteriak lantang agar suaranya terdengar oleh ibu gurunya, “saya ingin menjadi menteri pertanian,” yang disambut dengan tepuk tangan anak-anak. Ibu guru dengan sabar menasihati anak-anaknya, “oleh karena itu, mulai dari sekarang anak-anak harus rajin belajar, rajin bekerja membantu ayah dan ibu di rumah, mencintai tanaman, hewan dan lingkungan, agar anak-anak berhasil.” Di akhir acara anak-anak diajak menyanyi “lihat kebunku” secara bersama-sama dengan penuh semangat. Selanjutnya anak-anak pulang ke rumah dengan diantar oleh orang tuanya. Mereka yang masih menungu jemputan dengan asyiknya bermain berkejaran di halaman kebun.
Hari itu adalah hari yang sangat berkesan di dalam hidup anak-anak. Hari yang penuh keceriaan, kesegaran, kebebasan, dan kemandirian. Hidupnya terasa sangat bergembira, karena sangat dekat dengan alam. Mereka pulang ke rumah dengan senyuman mengembang.