Efek Covid 19: Terjadi Perubahan Perilaku Belanja

Pemerintah telah melonggarkan tingkat pembatasan sosial, seiirng dengan semakin terkendalinya Covid 19 diterapkan Indonesia.  Mall, pertokoan, tempat wisata sudah mulai dibuka dengan protokol kesehatan.  Mall dan pertokoan yang dibuka masih belum banyakdikunjungi oleh  pembeli, tidak seperti dulu, mereka lebih banyak belanja makan di restoran atau kedai kopi dengan jumlah pengunjung sedang.  Di gerai-gerai kebutuhan sekunder atau tertier, seperti baju, sepatu hanphone, kacamata, tas, masih belum banyak dilakukan transaksi pembelian, kebanyakan pengunjung hanya melakukan window shoping, atau melihat-lihat saja.  Warung-warung makan yang harganya lebih murah dan tentu masih berkualitas terlihat lebih ramai daripada warung makan makan mahal.  Cofid 19 memberikan efek terhadap  perubahan perilaku membeli dari masyarakat, mereka lebih selektif, sesuai anggaran/ keuangannya, sesuai kebutuhan, lebih sederhana, lebih hemat waktu.

Kunjungan masyarakat ke tempat-tempat wisata juga kurang begitu ramai.  Hasil jajak pendapat Kompas pada awal Oktober 2021, menggambarkan bahwa 30% masyarakat mengaku telah melakukan aktivitas hiburan di luar rumah, dan 70% masyarakat belum melakukan aktivitas di luar rumah.  Kunjungan masyarakat ke mall di 4 kota (Jakarta, Bandung, Semarang, surabaya) hanya 20%-30% dibandingan dengan kondisi normal sebelum pandemi.   Menurut penelitian Mc Kinsey pada pertengahan 2020, responden juga mengatakan bahwa kegiatan di luar rumah berkurang 50%, dan mereka menilai bahwa kegiatan di luar rumah bukan suatu hal yang menarik untuk dilakukan (28%).  Penelitian Kompas juga mengemukakan bahwa animo masyarakat terhadap konsumsi hiburan di luar rumah selama pandemi dan setelah pandemi masih tetap rendah, kerena telah terjadi perubahan perilaku masyarakat, walaupun pemerintah telah menurunkan pembatasan kegiatan masyarakat kemungkinan besar animo masyarakat untuk mencari hiburan  di luar rumah masih tetap rendah.  Temuan ini menunjukkan agar pelaku usaha industri hiburan perlu segera beradaptasi agar bisa hidup melanjutkan usahanya.

Kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali diharapkan meningkat (minimal ada kunjungan) setelah dibukanya Bandara Ngurah Rai, ternyata kunjungannya masih minim, bahkan belum ada.  Syarat wisatawan harus melakukan karantina lima hari dirasa memberatkan wisatawan, dan untuk menjaga penularan Covid 19, karantina harus dilakukan.  Artinya, Kunjungan wisatawan mancanegera masih belum bisa diharapkan, karena persyaratan tersebut.  Sebagai alternatif, kunjungan wisatawan nusantara harus ditingkatkan berkunjung ke Bali.  Masalahnya adalah daya beli masyarakat yang masih rendah dan penurunan minat masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah, karena daya beli menurun.  Agar masyarakat memiliki lebih banyak uang untuk meningkatkan daya beli, maka masyarakat, pemerintah dan pengusaha harus menciptakan lapangan kerja, harus bekerja kreatif, produktif dan inovatif, jangan berpangku tangan, menunggu keajaiban uang datang sendiri masuk ke kantong.  Uang harus dicari dengan kerja cerdas, ikhlas dan tuntas.  Seperti kata pepatah:” Orang yang menginginkan bebek goreng tidak bisa menunggu dengan membuka mulutnya.”  Bebek itu harus dipelihara, ditangkap, dipotong dan digoreng, baru bisa disantap.

Tinggalkan Balasan