“Pemimpin itu ibarat supir bis,”kata Danny, supir bis kota yang ditumpangi George menuju ke tempat kerjanya. “Dia harus memiliki tujuan jelas mau kemana menuju, dan juga harus bisa mencari penumpang bis, serta bisa mengajak penumpangnya naik bis, menikmati perjalanan menuju tujuan,” lanjut Danny. George membaca tiket bis yang keempat. Di lembaran tiket itu tertulis: “Ajaklah orang naik ke bismu dan bagikan impianmu untuk jalan yang akan kamu lalui.” George mengangguk tersenyum melihat Danny mengedipkan mata yang dilihatnya melalui kaca spion. “Supir bis ini sangat bersemangat menjalani hidup, dia memiliki energi yang sangat positif untuk ditularkan kepada seluruh penumpang. Dia merupakan guru kepemimpinan yang ditemuinya secara tidak sengaja, berawal dari masalah-masalah dan kejenuhannya bekerja di kantornya dari tugas-tugas rutin yang membosankan. Selama sepuluh hari ke depan, George setiap hari naik bis, karena mobilnya masih di bengkel dalam perbaikan, bannya kempes dan remnya blong.
Sebagai pemimpin, George harus bisa mencari pengikutnya, untuk diajak bekerjasama mewujudkan visinya, mencapai tujuan organisasi. Pemimpin juga harus bisa memotivasi, membagikan visinya, menceritakan cita-cita dan tujuan organisasinya kepada pengikutnya, sehingga seluruh pengikutnya menjadi solid untuk bersama-sama mewujudkan visi. Ibarat supir bis, dia harus bisa mengajak orang lain masuk kedalam bisnya, menikmati perjalanan, membagikan impian mau kemana bis menuju.
George semakin yakin akan dirinya sebagai pemimpin di dalam perusahaannya bekerja, bahwa dia harus memiliki tim yang solid, dia harus bisa mengajak orang lain ikut bersama-sama bekerja di dalam organisasinya, yaitu orang yang berkualitas, berdedikasi tinggi, memiliki tujuan yang sama, dengan berbagi visi, dengan memotivasi, George bisa berhasil mengantarkan organisasinya menuju tujuan.