Sebait lagu rakyat dinyanyikan bersama oleh sekelompok anak muda yang melakukan kemping di pinggir danau. Mereka mengellingi api unggun yang menyala menerangi gelapnya malam, beratapkan langit malam bertebaran bintang, diiringi dengan petikan gitar dan tepuk tangan berirama, “Buat apa susah… Susah itu tak ada gunanya. Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang.” Mereka bernyanyi gembira sambil menyeruput kopi panas, camilan ubi, pisang dan jagung bakar, serta kepulan asap rokok. Sampai larut malam mereka menyanyi gembira, kemudian mereka tertidur pulas di dalam tenda, meringkuk menahan dingin dengan lutut dilipat ke dagu, agar sarungnya cukup menyelimuti tubuhnya dari kaki sampai menutupi kepala. Mereka gembira, bahagia, senang menyemangati jiwa. Malam itu merupakan malam yang selalu dikenang sampai mereka menua.
Bahagia itu sederhana, tidak harus pakai biaya mahal, tapi jika ada biaya, boleh jugalah dilakukan, seperti pergi shoping atau jalan ke luar negeri sambil cuci mata, cuci kantong dan menikmati hidup. Asal jangan, untuk tujuan memburu kebahagiaan, kita justru mendapat sengsara, hidup dililit hutang, dikejar debet kolektor, karena biaya mengejar bahagia dari ngutang tidak bisa dikembalikan walau sudah bekerja setengah mati. Artinya, untuk meraih kebahagiaan kita harus menggunakan nalar, logika. Dalam mengelola waktu, uang, kemampuan, janganlah kita terlalu membuang waktu, jangan terlalu boros, jangan di luar batas kemampuan. Intinya, untuk bersenang-senang, janganlah memakai jurus terlalu, pakailah jurus yang sedang-sedang saja, maka anda akan bisa meraih kebahagiaan dan sekaligus menikmatinya, tanpa derita setelah bahagia.
Kapan bahagia itu diraih, diusahakan? Sekarang! Sekarang adalah jawaban yang paling tepat. Buat apa meraih bahagia besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, atau setelah pension? Siapa tahu anda sakit atau mati besok. Jadi, jangan tunda bahagia. Bahagialah sekarang, sekarang. Caranya bagaimana? Hidup sederhana, hidup apa adanya, bernyanyilah, tersenyumlah, bersiullah, rayakan hari dengan gembira, bekerjalah dengan gembira, membantu orang lain, membahagiakan orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain, memberi, bertegur sapa, mengucapkan selamat dengan tulus, memaafkan, toleransi, dan masih banyak lagi caranya untuk bahagia sekarang, lakukan sekarang, sekarang, jangan tunda bahagia.
Menurut penelitian ahli psikologis dan ahli ilmu syaraf, berolah raga dapat meningkatkan hormon kebahagiaan, dengan menunjukkan data ilmiah dan data di lapangan, mereka yang rajin berolah raga memiliki tubuh dan jiwa yang sehat, riang gembira, bahagia, imun tubuhnya tinggi, setresnya berkurang, awet muda dan banyak senyum, dibandingkan mereka yang malas berolah raga. Jadi, berolah raga membuat anda bahagia. Lantas, mengapa banyak orang menunda berolah raga, menunda bahagia? Jawabannya saya kurang tahu, kecuali satu, karena malas. Melakukan hobi, melakukan pekerjaan yang disenangi, dapat meningkatkan hormon kebahagiaan. Maka perlu dipikirkan bagaimana caranya membuat hobi anda menjadi pekerjaan yang menyenangkan, agar anda bisa bekerja dan sekaligus bahagia saat bekerja, anda bisa bekerja sambil tersenyum dan bersiul.
Budha menemukan teknik meditasi, merenung dengan mendoakan: semoga semua mahluk bahagia, yang diucapkan dalam hati, setiap tarikan dan hembusan nafas. Teknik meditasi ini bisa dilakukan dimana dan kapan saja. Hasilnya? Anda akan merasakan bahagia, hati anda selalu tersenyum, walau lingkungan tidak mendukung. Dengan memberi, membantu orang lain, ringan tangan, bertegur sapa, tersenyum, memaafkan, maka anda akan merasakan kebahagiaan. Bahagia itu ada dan dimulai dari dalam diri, dengan membangunkan hormon kebahagiaan yang ada di dalam diri anda sendiri. Mulailah bahagia dari sekarang, jangan tunda-tunda, sebelum anda menyesal, siapa tahu anda mati besok.