Ternyata bekerja keras, rajin saja tidak cukup sebagai kekuatan dalam bekerja. Kerja keras dan rajin dalam bekerja harus dilandasi dengan sabar, syukur dan ikhlas. Kalau landasannya tidak ada, atau tidak kuat, maka kerja keras dan rajin itu akan perlahan-lahan mengendor, lemah, putus asa dan hilang.
Saya sangat banyak melihat kasus orang yang bekerja dan berhasil dalam jangka panjang, walaupun dimulai dengan kondisi yang serba terbatas, karena mereka bekerja dengan kekuatan sabar, syukur dan ikhlas. Saya juga sangat banyak (bahkan lebih banyak lagi) melihat kasus orang yang bekerja dan gagal karena kurang sabar, kurang syukur dan kurang ikhlas. Kekuataan sabar, syukur dan ikhlas itu ada di dalam diri, tidak terlihat, tidak tampak dari luar. Walaupun penampilan seseorang tampak gagah, kekar dan kuat, bisa saja di dalamnya rapuh, atau sebaliknya. Kita tidak bisa melihat jelas apakah seseorang seseorang memiliki kesabaran, rasa syukur dan ikhlas, kecuali diuji dengan waktu, diuji dengan hasil kerjanya. Orang yang tidak sabar selalu tergesa- gesa, ingin cepat, dan keinginannya banyak. Orang yang tidak bersyukur selalu mengumpat dan menyesali keadaan. Orang yang tidak ikhlas selalu mengungkit masa lalu dan merasa kurang dalam segala hal, karena tidak sesuai dengan hasilnya.
Sabar, syukur dan ikhlas membuat seseorang fokus, tekun dan jujur dalam bekerja. Itulah kekuatan di dalam diri, sebagai modal yang tidak terlihat. Virus Covid 19 menguji para pekerja, apakah memiliki cukup kesabaran, syukur dan ikhlas? Mereka yang tidak memilikinya pastilah mudah menyerah. Mereka yang memilikinya akan terpacu untuk bertambah kuat.