Tempe menjadi naik daun karena gizinya yang sangat bagus untuk kesehatan manusia. Bangsa Indonesia memiliki budaya makan tempe. Tempe terbuat dari fermentasi kedele dengan ragi tempe (Rhizopus sp.), dalam waktu tiga hari kedele berubah menjadi tempe, yang mengandung gizi lebih tinggi dari kedele, terutama kandungan protein, vitamin, dan mikro nutrisi lainnya. Karena mengalami fermentasi, biji kedele yang keras berubah menjadi lunak atau lembek. Kelembekan tempe dihubungkan dengan kelembekan mental seseorang yang lemah, maka istilah mental tempe dimetaforakan kepada orang yang bermental lembek, cepat menyerah. Lawan dari mental tempe adalah mental baja, yaitu mental yang keras, kuat dan tegar dalam bekerja, berusaha, menghadapi masalah, cepat bangkit saat terpuruk. Mental tempe adalah mental pecundang, mental baja adalah mental pemenang.
Mental tempe bisa juga disamakan dengan mental kerupuk, karena kerupuk sangat cepat masuk angin menjadi memble. Mental tempe dan makanan tempe adalah dua hal yang berbeda, tapi tidak menurunkan merek tempe yang bagus karena kandungan gizinya. Tempe tetap diminati oleh masyarakat nusantara, bahkan dikonsumsi oleh masyarakat sampai ke luar negeri. Mental tempe hanya berkutat di dalam negeri untuk mewakili orang yang bermental lemah dan mudah menyerah. Jika ada orang yang memiliki mental tempe tentu obatnya adalah dengan mendisiplinkannya dengan kerja keras, memberi semangat, motivasi, bukan dengan memakan banyak tempe.
Keberhasilan atau kegagalan seseorang sangat berhubungan dengan sikap mental yang dimilikinya. Orang yang bermental tempe pasti gagal, karena sangat rapuh semangatnya dan mudah menyerah. Sebaliknya orang yang bermental baja pasti berhasil. Dalam kurun waktu tertentu orang yang bermental baja terbukti memiliki kegigihan, ketekunan dan kekuatan dalam berjuang atau berusaha sampai berhasil. Orang yang memiliki mental tempe atau mental baja dilahirkan melalui proses tempaan hidup dari keluarga, sekolah dan lingkungan. Setiap orang dapat menentukan sikapnya sendiri, apakah dia memiliki mental tempe atau mental baja, karena semuanya itu adalah pilihan hidup, yang pada akhirnya akan menentukan nasibnya sendiri.