Dalam sebuah buku “Rahasia Kepemimpinan, Kiat Para Pemimpin Mencapai Kinerja Tim yang Luar Biasa,” oleh Jan R. Jonassen, salah satu rahasianya dikatakan bahwa, pemimpin harus selalu berenergi. Pemimpin diri dan organisasi, misalnya politisi, seniman, atlit, pemimpin eksekutif, konduktor (pemimpin paduan suara/ musik), harus selalu bisa berenergi, mengekspresikan energinya kepada pekerjaannya, kelompoknya, lingkungannya, penonton organisasi yang dipimpinnya, atau masyarakat. Pemimpin yang terlihat loyo, kendor, tidak bersemangat, atau malas, pastilah tidak berenergi, dan sangat sulit untuk memimpin, menyatukan energi-energi yang dimiliki oleh anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi. Hanya pemimpin yang berenergi inilah mampu bekerja maksimal dan membangunkan energi-energi yang tersembunyi dari anggotanya untuk mencapai tujuan. Pemimpin-pemimpin yang selalu loyo akan dipertanyakan dan diragukan.
Bagaimana cara pemimpin menghasilkan dan merawat energinya agar terus hidup? Energi itu muncul dari semangat dalam diri sendiri, semangat hidup, semangat bekerja, karena tujuan dan motivasi yang jelas, dimengerti dan dicita-citakan, serta diperjuangkan dengan sepenuh hati. Energi pemimpin dirawat dari keluarga/ anggota keluarga yang mendukung, keluarga yang sehat, hubungan keluarga yang harmonis akan menghidupkan energi pemimpin. Energi pemimpin berasal dari kemampuannya mengelola dirinya sendiri, dengan relaksasi, misalnya berolah raga, bersosialisasi/ berteman, menyalurkan hobi, membaca, menulis dan reflleksi diri/ meditasi. Dengan cara demikian pemimpin mampu menyetrum batere energinya agar terus hidup kuat.
Pemimpin yang kuat adalah pemimpin yang terus berenergi. Ibarat lampu senter yang terus bisa menyala, karena memiliki banyak cadangan batere dan bisa menyetrum baterenya kembali secara otomatis. Pemimpin yang kuat mampu menggunakan, mengatur dan mengisi ulang energinya dengan baik, dengan tetap fokus, selalu termotivasi dan relaksasi.